Sekarang di berbagai media lagi rame dengan pemberitaan kasus mutilasi. Mutilasi itu dilakukan oleh seorang laki-laki bernama Ryan. Dia membunuh Heri, karena si Heri ini naksi Noval, yang adalah pacarnya Ryan. Karena sebel, Heri terus dibunuh, dipotong-potong, bersihin, masukin koper, lalu dibuang. Eh ternyata di kebon belakang rumah Ryan di Jombang, Jawa Timur, ada empat jenazah lainnya. [selengkapnya, silakan klik di sini]
Semua tokoh ini adalah laki-laki karena kebetulan Ryan adalah seorang gay.
Kebetulan? Tentu saja. Sama kebetulannya kalo dia itu punya kutil, atau rambutnya belah kanan, atau pipinya tembem. Kebetulan dan semata-mata kebetulan. Makanya gw heran banget kenapa banyak sekali media yang senang menghubung-hubungkan pilihan seksual Ryan ini dengan aksi mutilasi yang dia lakukan.
Ini pertama kali gw ketahui ada di TVOne. Duh, cape deh. Gw liatnya di acara 'Apa Kabar Indonesia' yang edisi pagi. Penyiarnya yang laki entah siapa, yang perempuan si Indy itu, yang dulunya di SCTV. Seperti lazimnya berita TV, ada judul yang terpampang di bagian bawah layar kaca. Tulisannya begini: Kaum gay lebih agresif ekspresikan dendam?
Booooo. Pengen gw banting itu rasanya televisi. Goblok banget sih ini TVOne. Gw langsung SMS temen gw yang kerja di sini, maki-maki kebodohan mereka. Ya iya lah goblok. Sejak kapan ada hubungan antara being gay dengan 'agresif ekspresikan dendam'? Emangnya orang heteroseksual kagak ada yang 'agresif ekspresikan dendam'?
Amit-amit bodo kok dipelihara. Coba deh elu riset dulu soal kasus-kasus mutilasi yang ada di Indonesia. Ada berapa banyak sih yang dilakukan oleh gay? Jangan-jangan cuma kasus Ryan aja.
To my surprise, Koran Tempo edisi 22 Juli 2008 juga melakukan ketololan yang sma. Ini bermula dari judul yang bikin gw ngelus dada:'Kisah si Waria Dusun'. Pemilihan kata waria aja udah gak bisa dimaafkan untuk kasus ini. Di tulisan ini digambarkan bagaimana Ryan punya hobi merawat kembang dan tanaman. Oke, so what?
Kutipan yang dipakai adalah dari temennya Ryan di kampung, begini bunyinya,'Sikapnya seperti waria saja.'
Peelliiiiiissssss deh! Bias banget! Tolol. Bahkan kalau kata 'waria' itu diganti 'perempuan' aja gw udah mencak-mencak. Gw perempuan dan gw gak suka kembang. So what? Jangan main klaim gitu dong. Apalagi ini, menghubung-hubungkan antara waria dan suka kembang. T o l o l.
Karena penasaran dengan apa lagi kata media lain soal kasus mutilasi Ryan, gw ngeklik detik, situs berita yang mengklaim dibaca 8 juta orang per hari ini. Lalu ada judul berita kayak gini:
22/07/2008 12:04 WIB
Kriminolog: Gay dan Psikopat, Dua Hal Berbeda
Boooooo orang dari zaman batu juga tau! Yaaaa iiiiyyyaaaa laaaahhh psikopat dan gay itu dua hal yang berbeda. Masih ditanyain segala
yang kayak gituan. Najong jong jong jong dah.
Karena gw penasaran lagi, maka gw cari artikel lain di situs itu, kali aja ada yang lebih bodoh. Eeehh bener aja. Ada di rubrik wawancara detik dengan Prof Drs Koentjoro MBSc PhB. Yang bikin gw terjungkal dari kursi adalah pertanyaan dari si wartawan:
Faktor-faktor apa saja yang mendorong gay melakukan mutilasi?
Gubrak! Amit-amit. Bodo kok dipelihara.
Tapi kalo yang ini, bener-bener make my day banget. Terpingkal-pingkal!
Apa percintaan gay jika berakhir selalu berujung pada mutilasi?
Toloooonggg... ini anak kemarin sore atau gimana sih yang disuruh wawancara? Huahuhauhauhau.